Corona itu Ciptaan Allah, Tak Perlu Takut pada Corona?

2024-04-22 18:17:53

Sekarang Indonesia bahkan seluruh dunia sedang menghadapi musibah lewat virus corona yang menyebar begitu cepat. Untuk hari ini saja sudah ada 309 kasus dan 25 orang meninggal dunia di negeri kita tercinta.  Semua mengalami kepanikan dan mengalami ketakutan. Seorang muslim harus bersikap baik dalam menghadapi musibah ini, terutama bagaimana ia menyikapinya terkait takdir. Namun ada yang salah memahami, lebih-lebih ketika pemerintah mengajak pada individu untuk menjaga jarak ketika berkumpul. Sehingga sampai saran dari bapak Presiden dan beberapa kepala daerah termasuk juga  MUI untuk beribadah di rumah, yang konsekuensinya shalat jamaah dan shalat Jumat ditiadakan dulu sementara waktu, dan cukup beribadah di rumah dan shalat Jumat diganti shalat Zhuhur empat rakaat. Saran baik ini pun masih saja ada yang menolaknya. Padahal saran ini sangat baik untuk beberapa tempat yang sudah jatuh banyak korban karena virus ini, apalagi di daerah tersebut berkumpul orang banyak di hari Jumat.

Beberapa nasihat terkait virus corona perlu kami sampaikan kali ini, terutama terkait tentang keimanan pada takdir yang sebagian orang keliru memahaminya.

 

Pertama, seorang muslim harus mengimani takdir dengan benar.

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ

Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (QS. Al-Qamar: 49)

Dalam hadits Jibril disebutkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ

Engkau beriman kepada Allah, kepada para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, kepada para rasul-Nya, kepada hari Kiamat dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk.” (HR. Muslim, no. 8)

 

Kedua, kaitannya dengan takdir, ada empat hal yang mesti diimani.

  1. Al-‘Ilmu (ilmu) yaitu mengimani bahwa Allah mengetahui segala yang terjadi di alam ini, baik secara global maupun secara terperinci, baik kaitannya dengan perbuatan Allah maupun perbuatan hamba;
  2. Al-Kitabah (pencatatan) yaitu segala sesuatu telah dicatat oleh Allah;
  3. Al-Masyi’ah (kehendak) yaitu apa yang telah Allah kehendaki pasti terjadi, yang tidak Allah kehendaki tidak akan terjadi;
  4. Al-Kholq (penciptaan) yaitu segala yang ada di alam ini adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah Ta’ala, ada yang hasil perbuatan Allah (seperti turunnya hujan, tumbuhnya tanaman) dan ada yang merupakan perbuatan hamba.

Dalil dari poin pertama dan kedua di atas adalah firman Allah Ta’ala,


أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ ۗإِنَّ ذَٰلِكَ فِي كِتَابٍ ۚإِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ

Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi?; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah.” (QS. Al-Hajj: 70).

Dalil hadits yang menunjukkan bahwa takdir itu sudah dicatat adalah:

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ

Allah telah mencatat takdir setiap makhluk sebelum 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.” (HR. Muslim, no. 2653)

Kemudian dalil dari point ketiga tentang masyiah bahwa segala sesuatu terjadi atas kehendak Allah adalah ayat,

وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ

Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Rabb semesta alam.” (QS. At-Takwir: 29).

Sedangkan dalil yang menunjukkan bahwa segala sesuatu telah diciptakan oleh Allah, termasuk perbuatan manusia adalah firman Allah,

وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ

Allah menciptakan kamu dan apa saja yang kamu perbuat.” (QS. Ash-Shaffaat: 96). Pada ayat ‘Wa ma ta’malun’ (dan apa saja yang kamu perbuat) menunjukkan bahwa perbuatan manusia adalah ciptaan Allah.

Kesimpulannya berarti:

  1. Virus corona yang saat ini menyebar sudah diketahui oleh Allah.
  2. Virus corona yang sudah menelan banyak korban berarti sudah tercatat pula dalam takdir.
  3. Virus corona itu menyebar atas kehendak Allah, tak bisa lepas dari kehendak-Nya, sehingga tidak bisa menular dengan sendiri-Nya, meskipun ada sebab untuk menyebar.
  4. Virus corona diciptakan oleh Allah.

 

Ketiga, virus corona bisa terkena pada kita itu dengan takdir Allah

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan kepadanya,

وَاعْلَمْ أَنَّ الأُمَّةَ لَوِ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَىْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلاَّ بِشَىْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ وَلَوِ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَىْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلاَّ بِشَىْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ رُفِعَتِ الأَقْلاَمُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ

Ketahuilah sesungguhnya seandainya ada umat bersatu untuk memberikan satu manfaat kepadamu, mereka tidak bisa memberikan manfaat kecuali jika Allah telah menetapkannya untukmu. Seandainya ada umat bersatu untuk memberikan mudarat kepadamu, mereka tidak bisa memberikan mudarat kepadamu kecuali jika Allah telah menetapkannya untukmu. Pena sudah diangkat dan lembaran catatan sudah kering.” (HR. Tirmidzi, no. 2516 dan Ahmad, 1:293. Imam Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).

 

Keempat, virus corona bisa mengenai kita kalau Allah berkehendak. Namun ingat kita sendiri tidak mengetahui takdir kita. Sehingga kita harus lakukan sebab untuk selamat dari tertularnya virus corona.

Coba perhatikan, pelajaran penting tentang takdir dari Imam Ibnul Qayyim rahimahullah:

Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam membimbing umat dalam mengimani takdir sehingga tercapailah kebahagiaan dengan melakukan dua hal:

  1. Beriman kepada takdir, karena mengimaninya bagian dari tauhid.
  2. Melakukan sebab atau usaha untuk meraih kebaikan dan selamat dari kejelekan.

Lihat bahasan Al-Qadha’ wa Al-Qadr li Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, hlm. 191, Penerbit Al-Maktab Al-Islami.

Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata dalam Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah,

وَالعِبَادُ فَاعِلُوْنَ حَقِيْقَةً وَاللهُ خَالِقُ أَفْعَالِهِمْ

“Hamba itu benar-benar melakukan perbuatannya sendiri secara langsung, dan Allah menciptakan perbuatan mereka.”

Ada pemahaman keliru yang menyelisihi pernyataan Ibnu Taimiyah di atas:

  1. Manusia itu melakukan perbuatannya sendiri dan Allah tidak menciptakan perbuatan mereka. Inilah yang diyakini oleh Qadariyah dari Muktazilah dan selainnya.
  2. Allah itu menciptakan perbuatan manusia, manusia itu tidak berbuat apa-apa pada hakikatnya. Perbuatan disandarkan pada mereka hanyalah dalam rangka at-tajawwuz (cuma disebut berbuat saja), namun yang berbuat langsung pada hakikatnya adalah Allah.

Ini buktinya kita mesti ada ikhtiar, setelah shalat Jumat saja kita disuruh menyebar untuk mencari rezeki,

فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (QS. Al-Jumu’ah: 10)

Dan hadits berikut ini juga menunjukkan bahwa kita disuruh beramal karena kita sendiri tidak tahu masa depan kita apakah masuk surga ataukah masuk neraka. Berarti kita disuruh lakukan sebab walaupun takdir kita sudah ada, namun takdir tersebut masih jadi rahasia ilahi.

Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Suraqah bin Malik bin Ju’syum datang dan berkata,

يَا رَسُولَ اللَّهِ، بَيِّنْ لَنَا دِينَنَا كَأَنَّا خُلِقْنَا الْآنَ، فِيمَا الْعَمَلُ الْيَوْمَ؟ أَفِيمَا جَفَّتْ بِهِ الْأَقْلَامُ وَجَرَتْ بِهِ الْمَقَادِيرُ؟ أَمْ فِيمَا نَسْتَقْبِلُ؟ قَالَ: لَا، بَلْ فِيمَا جَفَّتْ بِهِ الْأَقْلَامُ وَجَرَتْ بِهِ الْمَقَادِيرُ، قَالَ: فَفِيمَ الْعَمَلُ، فَقَالَ: اعْمَلُوا، فَكُلٌّ مُيَسَّرٌ

“Wahai Rasulullah, berikanlah penjelasan kepada kami tentang agama kami, seakan-akan kami baru diciptakan sekarang. Untuk apakah kita beramal hari ini? Apakah itu terjadi pada hal-hal yang pena telah kering dan takdir yang berjalan, ataukah untuk yang akan datang?”

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Bahkan pada hal-hal yang dengannya pena telah kering dan takdir yang berjalan.”

Ia bertanya, “Lalu apa gunanya beramal?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Beramallah kalian, karena masing-masing dimudahkan (untuk melakukan sesuatu yang telah ditakdirkan untuknya).” (HR. Muslim, no. 2648)

Dari ‘Imran, ia berkata, aku berkata,

يَا رَسُولَ اللَّهِ، فِيمَا يَعْمَلُ الْعَامِلُونَ؟، قَالَ: كُلٌّ مُيَسَّرٌ لِمَا خُلِقَ لَهُ

Wahai Rasulullah, lantas untuk apa orang-orang yang beramal melakukan amalan mereka?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap orang akan dimudahkan (menuju jalan) penciptaannya.” (HR. Bukhari, no. 7551)

Begitu pula manusia itu yang memilih ia beriman ataukah kafir. Dalam ayat disebutkan,

فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ

Maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir.” (QS. Al-Kahfi: 29)

 

Kelima, sekarang tugas itu mencegah agar tidak terkena virus.

  1. Cuci tangan sesering mungkin dengan sabun dan air bersih yang mengalir.
  2. Terapkan social distancing dengan menjaga jarak minimal satu meter dengan mereka yang batuk atau bersin. Alasannya, ketika seseorang batuk atau bersin, mereka menyemprotkan tetesan cairan kecil dari hidung atau mulut mereka yang mungkin mengandung virus. Jika terlalu dekat, bisa menghirup tetesan air yang mungkin saja mengandung virus COVID-19.
  3. Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut, karena tangan akan menyentuh banyak permukaan benda di sekitar kita dan virus mungkin menempel di sana. Setelah terkontaminasi, tangan dapat memindahkan virus ke mata, hidung, atau mulut. Dari sana, virus bisa masuk ke tubuh dan bisa membuat sakit.
  4. Terapkan etiket batuk dan bersin yang benar. Pastikan kita dan orang-orang di sekitar untuk selalu menutupi mulut dan hidung dengan siku tangan yang ditekuk ketika batuk atau bersin. Jika menggunakan tisu, segera buang tisu bekasnya pada tempat sampah yang tertutup.
  5. Jika mengalami demam, batuk, dan kesulitan bernapas, segeralah berobat. Tetap di rumah jika kita merasa tidak sehat. Jika kita mengalami demam, batuk, dan kesulitan bernapas, segera cari bantuan medis dan ikuti arahan otoritas kesehatan setempat.



Akhi, ukhti, yuk baca tulisan lengkapnya di Rumaysho:
https://rumaysho.com/23573-khutbah-jumat-corona-itu-ciptaan-allah-tak-perlu-takut-pada-corona.html

Artikel ini diambil dari :
https://rumaysho.com/23573-khutbah-jumat-corona-itu-ciptaan-allah-tak-perlu-takut-pada-corona.html
*Apabila terdapat pelanggaran atau kesalahan sekirannya hubung kami

Share It

"